Rabu, 03 November 2010

Media Alternatif Pembelajaran Matematika

Hingga saat ini banyak orang yang menilai matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Penilaian tersebut kemudian memunculkan pertanyaan mengapa matematika sulit dipelajari? Lantas media apakah yang dapat meminimalisir kesulitan belajar matematika?
Meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi, namum setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada.
Bersifat Abstrak
Matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berpikir. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Sebagai bahasa simbolis, ciri utama matematika ialah penalaran secara deduktif namun tidak mengabaikan cara penalaran induktif. Selain sebagai bahasa simbolis, matematika juga merupakan ilmu yang kajian obyeknya bersifat abstrak. Hal ini senada dengan definisi H.W. Fowler mengenai hakikat matematika yaitu “ mathematics is the abstract science of space and number.” Matematika adalah ilmu abstrak mengenai ruang dan bilangan. Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh Marshall Walker “mathematics maybe difined as the study of abstract structures and their interrelations,” matematika dapat didefinisikan sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya.
Obyek matematika yang bersifat abstrak tersebut merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari matematika. Tidak hanya peserta didik, guru pun juga mengalami kendala dalam mengajarkan metematika terkait sifatnya yang abstrak.
Semi Konkrit
Konsep-konsep matematika dapat dipahami dengan mudah bila bersifat konkrit. Karenanya pengajaran matematika harus dilakukan secara bertahap. Pembelajaran matematika harus dimulai dari tahapan konkrit. Lalu diarahkan pada tahapan semi konkrit. Setelah itu memasuki tahapan abstrak.
Bisa dikatakan bahwa tahapan semi konkrit merupakan jembatan menuju tahapan abstrak untuk itu diperlukan media pembelajaran yang dapat menyajikan obyek kajian matematika yang bersifat semi konkrit. Guna memasuki tahapan tersebut, gambar dan atau animasi dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini peranan TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) sangat dibutuhkan.
Komputer misalnya, pada saat pelaksanaan pembelajaran, komputer dapat menyajikan materi dalam bentuk grafik dan audiovideo. Selain itu dengan bantuan perangkat lunak, beberapa konsep matematika seperti volume benda putar, limit dan geometri dapat diterangkan dengan mudah. Sehingga matematika dapat disajikan dengan lebih menarik.
TIK disebut sebagai media pembelajaran matematika yang mampu mengubah obyek matematika ke dalam ranah semi konkrit karena visualisasi yang disajikan dapat mewakili obyek nyata.
Penguasaan Konsep-Konsep Dasar
Penggunaan TIK dalam pembelajaran matematika tidak hanya sebagai media yang memaparkan obyek semi konkrit. Disamping itu TIK juga sangat berperan dalam membantu mengurangi kesalahan umum yang biasa terjadi. Kekeliruan tersebut mencakup pemahaman menganai simbol, nilai tempat dan perhitugan. Padahal ketiganya merupakan konsep paling dasar yang harus dikuasai peserta didik.
Kurangnya pemahaman tentang simbol, tidak terlalu menimbulkan kesulitan jika peserta didik diminta menyelesaikan soal-soal sederhana seperti 5 + 3 = … atau 9 – 4 = …. Kesulitan mulai dirasakan ketika soal sedikit diubah seperti 5 + … = 7 atau … + 3 = 6. kesulitan seperti ini disebabkan peserta didik tidak benar-benar memahami simbol misalnya simbol sama dengan (=), tidak sama dengan (≠), tambah (+), kurang (-) dan sebagainya.
Sedangkan minimnya pemahaman pemahan tentang nilai tempat setiap satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya akan menimbulkan kesulitan bagi peserta didik bila dihadapkan pada lambang bilangan basis bukan sepuluh.
Adanya kekeliruan dalam memahami konsep-konsep dasar matematika tersebut, maka semakin menegaskan bahwa penyampaian materi dengan media konvensional perlu diganti dengan media alternatif yang lebih canggih seperti TIK. Sehingga matematika semakin mudah dipelajari dan kesan sulit yang selama ini melekat dapat dihilangkan.
Lap. Alkomah, Nanik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar